Bab 06 – Tidur Bersama
Mark
menggendong Lilia yang kesulitan berjalan menuju kamarnya. Mark sama sekali
tidak mencaci-maki Lilia atau berlaku kasar padanya. Seketika setelah Lilia
setuju untuk menjadi Lisa untuk Mark, tiba-tiba Mark yang hangat dan penyayang
muncul. Mark juga tak meminta Lilia yang masih terpincang-pincang itu untuk
mencuci piring atau gelas yang baru ia gunakan tadi. Lilia benar-benar di
manjakan oleh sikap perhatian dan penyayang Mark.
“Sakit?”
tanya Mark yang mengoleskan salep memar ke tubuh Lilia yang membiru setelah
jadi sasaran kekasarannya selama ini.
Lilia
mengangguk pelan lalu tersenyum. “Tidak apa-apa Mark, aku bisa melakukannya
sendiri,” lirih Lilia lembut.
“Tidak,
tidak apa-apa. Aku mau melakukannya untukmu,” paksa Mark sambil terus mengobati
tubuh Lilia dengan begitu lembut dan penuh kehati-hatian.
Lilia masih
takut dan tegang tiap kali bersentuhan dengan Mark meskipun Mark sudah begitu
lembut padanya. Ada rasa waspada dan ketakutan yang masih menyelimutinya.
Mengingat bagaimana pertemuannya setelah kepergok menyelinap masuk ke rumah
Mark, di tambah kehidupannya beberapa hari belakangan yang ia habiskan dalam
rasa frustasi dan kegalauan di gudang yang lembab dan pengap itu.
Mark ikut
tiduran disamping Lilia, memandangi wajahnya yang masih terlihat takut dan
waspada menatap Mark. “Kamu bisa jadi apa yang ku inginkan, aku juga bisa jadi
apa yang kamu inginkan Lilia. Tapi semuanya selalu ada bayarannya, dan itu
tidak murah Sayangku…” lirih Mark lalu mengecup bibir Lilia.
Lilia
menatap Mark dengan mata yang berkaca-kaca, airmatanya sudah sulit ia bendung.
Perasaannya begitu membuatnya bingung. Antara sedih dan senang yang bercampur
jadi satu hingga tak satupun perasaan dan emosinya dapat ia cerna secara
sempurna. Mark bergitu membuatnya bingung.
Mark
tersenyum lalu menghapus airmata Lilia yang mulai berjatuhan membasahi pipinya
sendiri. Mark mengelus alis, menyeka airmata, sampai akhirnya ia mengusap pipi
dan meraih dagu Lilia untuk memagut bibirnya dengan lembut.
Lilia
memejamkan mata. Mark selalu sukses membawanya naik rollercoaster
buatannya yang tak pernah di harapkan Lilia sebelumnya. Mark memagut bibir
Lilia dengan lembut sembari memasukkan lidahnya dan mulai bertukar saliva
sembari beradu lidah dengan Lilia. Mark menjelajahi isi mulut Lilia yang
tersusun rapi itu dengan lembut, menggelitiki langit-langit mulut Lilia sebelum
melepaskan pagutannya karena Lilia yang mulai kehabisan oksigen.
“Kamu
cantik Lilia…kamu cantik soalnya kamu punyaku…” lirih Mark dengan benang saliva
tipis yang menyambungkannya dengan Lilia.
Lilia
bersemu mendengar ucapan Mark. Baru kali ini ada yang berkata seperti itu
padanya. Tak ada yang memujinya cantik, tak ada pula orang yang menganggap
Lilia sebagai miliknya juga sebelumnya. Mendengar Mark yang pertama kali
mengatakan itu rasanya seperti ada banyak kupu-kubu beterbangan memenuhi perut
dan dada Lilia.
“Aku akan
melakukan apapun agar kamu tetap disini Lilia…” lirih Mark kembali sebelum
kembali memagut bibir Lilia sedikit lebih kasar. “Apapun!” Mark menekankan
sekali lagi sambil mendekap tubuh ringkih Lilia.
Lilia makin
berbunga-bunga dan senang mendengar ucapan Mark. Sebelumnya ia mengejar Mark
hingga jadi penguntit dan sekarang ia bisa tinggal bersama Mark dengan segala
bahasa cinta yang baru ia lihat dan baru di tunjukkan oleh Mark. Lilia merasa
menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.
“Apa kamu
tidak merindukan kehidupanmu?” tanya Mark tiba-tiba sambil menatap mata Lilia
dengan tajam dan penuh selidik.
Lilia
tercekat. Mark begitu mudah berubah, tak ada yang bisa memperkirakan dalamnya
air yang tenang dengan pandangan yang dalam dan gelap. Sialnya Mark adalah air
tenang itu. Entah apakah ada paus atau hiu megalodon atau monster air lainnya.
Sementara Lilia hanya bebek yang berenang di permukaan.
“Aku tidak
akan membiarkanmu kembali juga, kalaupun kamu merindukan kehidupanmu…” jawab
Mark sendiri lalu menyingkapkan daster yang Lilia kenakan dan mulai mencumbu
dadanya.
Mark mulai
menjilati dada Lilia yang kurus sampai tulangnya terlihat. Payudaranya tidak
besar jika di bandingkan dengan milik Lisa atau ibunya yang mantan artis film
porno. Lilia hanya gadis biasa yang kebetulan sedikit pintar dan memiliki kulit
putih dengan rambut lurus yang sedikit bergelombang. Lilia tidak seistimewa
itu. Namun Mark menggilainya.
Mark
menyesap kulit Lilia hingga meninggalkan bercak kemerahan, lalu beralih ke
bawah dan terus kebawah sampai akhirnya Mark menyesap puncak payudara Lilia
yang berwarna kecoklatan. Mark menyesapnya dengan lembut sembari memainkan yang
satunya.