Part 29
"Kenapa Ayah sebenci itu
sama Kak Bara?" tanya Clara.
Fajar enggan menjawab
pertanyaan dari putrinya. Seolah tak mendengar pertanyaan Clara, Fajar langsung
mengecup kening Caca dan pergi begitu saja.
"Ayah! Ayah!"
teriak Clara menahan ayahnya yang tetap tidak meresponsnya.
"Clara sabar nak. Nanti
kita bicarakan," ucap Caca menenangkan Clara.
"Bunda kenapa Ayah benci
Kak Bara? Kenapa aku kemarin dikunciin? Kenapa aku gak boleh ketemu Kak Bara?
Kenapa Bunda?" jerit Clara sambil menangis histeris.
"Clara tenang dulu
sayang," ucap Caca lalu memeluk Clara erat.
Clara tak menjawab, hanya
isak tangis yang keluar dari mulutnya.
"Ayahmu cuma marah,
ayahmu pernah lihat Bara sama cewek lain di hotelnya. Ayah bilang gandengan
segala. Ada Om Adam juga. Ayah cuma takut kamu diduakan sama Bara. Ayah cuma
mau yang terbaik sayang," ucap Caca sambil mengajak Clara duduk di sofa
ruang tengah.
Apa iya yang dilihat Ayah benar?
Apa Kak Bara benar-benar bersama wanita lain di hotel. Batin Clara bimbang.
***
"Rifki apa kamu yakin
gak salah sangka sama yang kemarin?" tanya Fajar pada bawahannya.
"Enggak pak. Soalnya si
Bara, Bara itu sampai bikin nangis si cewek. Masak iya salah," jawab Rifki
still yakin sambil menunjukkan hasil fotonya pada Bara.
"Bukannya gitu, tapi
kemarin si Bara kelihatannya dah mulai serius sama anakku. Aku kan jadi merasa
bersalah," ucap Fajar sambil memijit keningnya.
"Itu metode kelas kakap
pak! Jangan tertipu!" ucap Rifki mengompor-ngompori Fajar.
"Bukanya gitu. Aku dah
terlanjur hajar si Bara kemarin masalahnya," jelas Fajar sedikit takut
"Aku takut dia ngadu ke bapaknya. Nanti jadi panjang masalahnya. Bisa-bisa
sahamku ilang kabeh (semua) belum lagi aku gak jadi sahabatnya lagi,"
sambung Fajar menjelaskan.
"Ya udah lah pak. Kita
tunggu aja reaksinya," saran Rifki yang cari aman.
Fajar hanya
mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak lama Rifki juga langsung meninggalkan
ruangan karena ada masalah yang harus ia tangani.
Kayaknya Bara gak selingkuh
parah deh. Wajar sih dia masih deket cewek lain. Batin Fajar bimbang.
Lain Fajar, lain pula Adam
yang masih emosi pada Fajar yang memutuskan perjodohan secara sepihak hanya
karena Clara kurang setuju dan tau kalau Bara ada cewek lain, ditambah alasan
bodoh agar Clara tidak menjadi pabrik bayi.
"Masih marah ya?"
tanya Anna sambil memasuki ruang olahraga dengan minuman isotonik di tangannya.
"Ya masih lah! Susah
payah bikin Bara gak main cewek. Eh sekalinya dapet malah begini!" kesal
Adam lalu duduk selonjoran di lantai. "Marahnya kapan kelarnya? Ini Lisa
lagi main ke rumah Rey loh," ucap Anna manja lalu mengecup bibir suaminya.
"Dah gak marah
kok," jawab Adam melembut karena tau apa yang akan ia dapat kalau
anak-anaknya sedang pergi.
"Hihihi boong. Dah ah
kamu puasin aja marahnya. Aku mau nonton film," ucap Anna lalu berdiri.
"Film apa?" tanya
Adam yang ikut berdiri.
"Fifty shades,"
ucap Anna sengaja menggoda suaminya lalu berlari ka kamarnya.
Adam yang tadinya marah bukan
main kini seolah kehilangan semua emosinya. Adam juga hanya tersipu dengan
godaan istrinya lalu tersenyum dan membiarkan istrinya kabur duluan.
"Mau berapa ronde sih
istriku ini. Sampai berani godain," gumam Adam lalu berjalan ke kamarnya.
***
Tiga hari berlalu. Bara tak
mencoba lagi untuk menghubungi Clara, meskipun tangannya sudah sangat gatal
untuk menghubungi Clara. Clara sendiri juga enggan mengaktifkan ponselnya dari
dua hari lalu, sengaja untuk menenangkan dirinya.
Hingga akhirnya Clara cukup
siap untuk semua hal. Semua kemungkinan terburuknya. Dengan langkah tegap yang
cukup mantap, Clara melangkahkan kakinya menuju lobi resepsionis di hotel milik
Bara.
"Maaf, Pak Baranya lagi
keluar mbak. Ada tugas katanya," ucap si Resepsionis.
"Em kalo gitu tolong
bilang ke Pak Bara kalo saya kesini ya," jawab Clara.
"Dengan siapa
mbak?" tanya si Resepsionis yang siap mencatat.
"Cla. Em tunggu saya
tulis surat aja buat Pak Bara," ucap Clara lalu duduk di sofa ruang tunggu
sambil menulis pesan untuk Bara.
Tapi tanpa Bara dan Clara
sadari. Bara melangkah begitu saja melewati Clara yang ada begitu dekat
dengannya. Bara langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi begitu saja.
Pokoknya hari ini aku harus
ketemu Clara. Batin Bara sambil menyetir ke bimbel tempat Clara kursus.
"Ini mbak," ucap
Clara "Bilang aja dari Clara. Pak Bara kenal kok," sambung Clara lalu
pergi.
Bugh!
Tanpa sengaja Clara
menyenggol seorang pengunjung pria di hotel Bara hingga menjatuhkan buku-buku
yang di bawa nya.
"Aduh! Sorry gue
gak liat," ucap Clara lalu membantunya memunguti buku-buku yang berserakan
di lantai.
"I-Iya gue juga yang
salah kok," ucap pria tersebut yang dengan gugup menerima bukunya yang
dipunguti Clara.
"Lo latihan buat masuk
kampus juga ya?" tanya Clara saat membaca judul sampul bank soal yang
dipungutnya.
"Iya tahun ini gue mau
serius. Biar bisa banggain ortu," jawabnya sedikit kaku.
"Gue juga," jawab
Clara lalu tersenyum
"Gue juga SOSHUM
loh," sambung Clara.
Pria itu hanya tersenyum
bingung harus bicara apa karena masih terpesona pada senyum manis Clara. Bahkan
dalam balutan busananya yang nyentrik Clara tetap tidak kehilangan pesonanya.
"Oh iya sorry ya
yang tadi. Gue Clara," ucap Clara lagi sambil memperkenalkan diri dan
mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Tapi baru saja pria itu akan
menjabat tangan Clara, Clara sudah menarik tangannya dan berlari ke driver ojol
yang dipesannya.
"Aku Jefri," ucap
Pria itu pelan bahkan lebih mirip ke bergumam sambil melambaikan tangan pada
Clara yang pergi begitu saja tanpa melihatnya lagi.
"Cantik semoga jodoh.
Jadi bisa ketemu lagi," ucap Jefri sambil tersipu sendiri.
***
"Maaf pak, Clara gak
masuk hari ini," ucap salah satu guru dibimbel Clara.
"Ck!" Bara berdecak
kesal setelah lama menunggu dan hanya dapat jawaban yang menyedihkan seperti
ini.
"Dah empat hari ini
Clara gak masuk. Maaf saya permisi masih ada kelas," pamit si guru lalu
pergi.
Jelas Om Fajar gak mungkin
biarin Clara keluar. Fauzi juga dah gak ngajar di Clara lagi. Haduh. Gimana
nih. Batin Bara yang galau sendiri sambil berjalan memasuki mobilnya.
Brak! Tin!
Suara Bara yang hampir
menabrak motor hingga klakson motor itu berbunyi sangat nyaring.
Duh gak boleh gini. Harus
fokus. Fokus. Batin Bara menguatkan dirinya, lalu menggelengkan kepala agar
segera sadar dari lamunannya.
"Gila tu mobil! Main
serobot aja!" maki Clara lalu melepas helemnya.
"Sabar neng," ucap
si driver.
"Iye, eh gue bayar pakek
voucher yak," ucap Clara lalu masuk ke tempat bimbelnya dan segera masuk
ke kelasnya karena sudah terlambat.
"Eh mbak Clara. Tadi ada
yang cari loh," ucap Joni guru matematikanya begitu Clara masuk kelas.
"Gue? Dicari?
Siapose?" tanya Clara lalu duduk di bangku paling depan tanpa peduli siapa
yang menempati.
"Iya pak, pak siapa ya
tadi," jawab Joni sambil berusaha mengingat nama pria yang baru
ditemuinya.
Duh gawat. Jangan-jangan Ayah
lagi. Batin Clara panik.
"Ba-Ba-Basri kalo gak
salah. Apa Handoyo ya. Padahal sering ke sini loh, kok saya lupa ya," ucap
Joni yang masih berusaha mengingat.
Duh pakek intel lagi ayah?
Batin Clara yang jadi benar-benar was-was.