0
Home  ›  Chapter  ›  Young Money

Chapter 29

 

Sepanjang hari di rumah, Andin hanya bersih-bersih di bantu suaminya. Sementara Putri ikut dengan pak Trisno dan terlihat sangat bersemangat saat memberi makan bibit-bibit lele. Andin melanjutkan aktivitasnya setelah bersih-bersih rumah dengan memasak. Hanya lele goreng dengan sambal dan lalapan. Sementara Putri hanya makan nasi yang di campur abon sapi dan telur asin sesuai kesukaannya.

"Aku mau beli kipas dulu ya... " ucap Bimo pada Andin yang tengah menyajikan masakannya.

"Gak makan dulu mas? " tanya Andin.

"Kamu duluan aja, istirahat, aku mau beli kipas sama isi modem... " jawab Bimo lalu mengecup kening Andin dan pergi keluar setelah pamit pada mertuanya juga.

●●●

Setelah membeli dua buah kipas angin Bimo kembali kerumah, sebenarnya Bimo tidak benar-benar membeli kipas dan isi ulang modemnya. Ada sedikit kejutan untuk istrinya yang tidak pernah meminta sesuatu yang aneh-aneh ini.

Sampai di rumah Bimo juga langsung memasang kipasnya di kamar dan ruang tengah. Baru lah makan, sementara istrinya tengah tidur siang dan mertuanya yang pergi ke kebun.

"Mas udah pulang? " tanya Andin yang terbangun karena hembusan kipas yang mengenai kakinya.

"Iya, dah bobo lagi sana... " ucap Bimo yang masih asik makan.

Andin hanya tersenyum lalu kembali tiduran sambil menatap suaminya. "Abon sama telur asin punya Putri jangan di makan loh Mas... " ucap Andin lembut lalu menyalakan tv.

"Yah dah terlanjur... " ucap Bimo sambil menunjukkan abon dan cangkang telur asin di meja.

"Yah mas Bimo, nanti Putri makan apa kalo Mas makan?" ucap Andin lalu bangun dan melihat sisa abon yang kurang dari setengah.

"Nanti beli lagi ya... " jawab Bimo sedikit menyesal.

Andin hanya mengangguk lalu duduk di kursi sebelah sambil mengelus perutnya. "Aku kangen ibu... " gumam Andin pelan lalu menghela nafas.

Bimo hanya menatap istrinya. Lalu cepat-cepat menyingkirkan piring kotornya dan mencuci tangan. "Sayang, nanti kalo kamu dah tenang kita kesana ya, nyekar ibu... " ajak Bimo.

"Mas, Mas kalo mau ada acara meet and greet gapapa loh Mas. Aku bisa di sini dulu sama Putri sama ayah..." ucap Andin.

"Gak, kamu hamil tua gini masa mau di tinggal. Gak ah... " tolak Bimo lalu duduk di samping istrinya sambil memcomot timun lalapan.

"Mas, kalo aku jualan online boleh gak ?" tanya Andin lembut sambil menggenggam tangan suaminya lembut.

"Jangan, gak usah. Apa uang dari aku kurang? " ucap Bimo yang sebenarnya khawatir kalau andin akan pergi secara perlahan darinya bila sudah memiliki penghasilan sendiri.

Andin hanya menggeleng lalu berusaha tersenyum meski begitu berat.

"Kamu habisin semua uang yang ada di atmku, di dompetku, deposito sama sahamku boleh buat kamu, tapi kamu gak usah kerja. Udah jadi istriku aja, jadi ibu rumah tangga aja. Ngurus aku, anak-anak, rumah, Mama Papa, Ayah, gak usah mikir cari uang. Itu tugasku... " jelas Bimo sambil menggenggam tangan istrinya.

Andin hanya diam tak menyanggah maupun membantah suaminya. Meskipun ia sangat ingin mencari tambahan. Bukan untuknya tapi untuk berjaga-jaga kalau ia jatuh miskin lagi. Setidaknya ia masih memiliki bisnis kecil untuk makan dan sekolah anak-anaknya, pikir Andin.

"Aku bakal mulai kerja di tempat Papa, tapi nanti kalo kamu udah melahirkan, sama anakku dah gak minum ASI. Oke? " ucap Bimo meminta kesepakatan dari Andin yang hanya di angguki.

●●●

Selama beberapa hari tinggal di rumah orang tuanya Andin merasa jauh lebih baik. Tidurnya juga nyenyak meskipun kasurnya lebih sempit. Hanya Bimo yang tidak nyaman karena kepanasan sementara istrinya ingin memakai selimut. Bahkan Bimo lebih banyak tidur di siang hari dari pada malam hari. Tapi meskipun begitu saat Bimo melihat istrinya yang begitu nyaman dan damai di rumah hanya bisa ikut senang dan menerima.

Bagi Bimo saat ini yang terpenting istrinya merasa nyaman dan bahagia lagi. Juga tidak ada yang memakinya dan memarahinya lagi. Istrinya juga lebih banyak tersenyum dan tertawa sejak kembali pulang. Tidak ada wajah sungkan lagi, atau menahan bicaranya. Bahkan Bimo baru tau kalau tukang sayur keliling bisa di tawar saat melihat istrinya belanja di pinggir jalan depan rumah. Masakan yang di buat istrinya juga terasa lebih enak dari sebelumnya. Bahkan terkadang Bimo berfikir apa perasaan dan mood seorang yang memasak akan sangat berpengaruh pada hasil masakannya?

"Mau tambah Mas? " tanya Andin yang tengah mengambilkan nasi dan sayur bening untuk Putri.

"Kamu kalo disini masak enak mulu... " ucap Bimo sambil menyodorkan piringnya untuk di isi ulang dengan nasi, sayur bening, ikan asin dan sedikit sambal.

"Emang biasanya gak enak ya? " tanya Andin sambil mengambilkan makanan untuk suaminya.

"Enak, tapi kalo di sini tambah enak... " jawab Bimo lalu mengelus perut Andin. "Kapan mau cek up? Aku kangen mau liat anakku... " sambung Bimo.

"Dah siapin nama? "

Bimo langsung menggeleng begitu mendengar pertanyaan istrinya.

"Mas kita belanja kebutuhan adek yuk... " ajak Andin sambil mengelus perutnya lalu duduk sambil memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya menahan sakit.

"Sayang kenapa? Kontraksi? " tanya Bimo khawatir.

Andin hanya menggeleng. "Biasa Mas, udah sempit di dalem anaknya pengen cepet keluar... " jawab Andin lalu menggenggam tangan Bimo erat-erat sambil mengatur nafasnya agar lebih rileks.

"Besok belanja apa bisa? " tanya Bimo khawatir. "Besok cek up aja belanja nya biar aku sama mama aja... Kamu istirahat aja... " sambung Bimo.

"Aku pengen belanja... " rengek Andin manja. "Nanti aja cek up, besok belanjanya... " sambung Andin.

Bimo hanya menghela nafas panjang lalu mengecup perut Andin. "Dah sempit ya Nak? " tanya bimo pada bayi di perut istrinya. "Sabar ya, nanti kalo dah keluar kita main sama-sama ya Nak... " sambung Bimo lalu mengecup perut Andin lagi dan beralih ke pipi dan kening Andin sebelum lanjut makan meskipun sambil menatap istrinya yang mulai kepayahan.

"Mam yuk Nak..." ajak Andin lalu duduk di samping Putri yang sudah menunggunya.

"Kamu harus mulai menentukan anakmu mau panggil apa ke kamu... " ucap pak Trisno yang baru datang setelah memberi makan lelenya.

"Abis bingung Yah... " jawab Andin sambil nyengir.

"Assalamu'alaikum ... Pak Tris... " panggil seorang ibu dari luar pagar.

"Wa'alaikumsalam... " jawab pak Trisno sambil berjalan keluar lagi.

"Ini ada nasi bungkus... " ucap ibu itu sambil memberikan nasi bungkus dalam kantung kresek .

"Tapi saya gak pesen... " jawab pak Trisno heran.

"Itu buat kamu aja Pak, gak pernah ke warungku apa lagi sakit? " tanyanya sedikit khawatir.

"Oh, enggak sakit... Ada anakku jadi gak jajan... " jawab pak Trisno lalu tertawa basa-basi.

"Siapa Yah? " tanya Andin yang jadi ikut keluar karena ayahnya begitu lama.

"Tamu ya? " tanya Bimo yang mengikuti istrinya sambil menggendong Putri.

"Owalah, lagi kumpul to. Ya saya gak tau saya kira sakit. Langganan saya kok gak ada terus seminggu saya kira kenapa-napa..." ucap ibu itu lalu melambaikan tangannya pada Andin dan Bimo. "Yaudah saya pulang dulu kalo gitu... " sambungnya lalu pergi.

"Langganan jajan.. " ucap pak Trisno sebelum Andin berpikiran aneh-aneh.

"Ayah jajan terus ya?" tanya Andin.

"Iya, hla gak ada yang masak. Ayah jajan aja... " jawab pak Trisno lalu masuk dan melihat apa yang di bawakan ibu itu.

"Tadi namanya siapa Yah? " tanya Bimo.

"Martini, itu loh yang punya warteg depan... " jawab pak Trisno.

"Paket! " seru seorang kurir dari luar.

"Ya... " jawab Bimo lalu keluar untuk mengambil paketnya lalu bergegas masuk ke dalam lagi.

"Mas beli apa? " tanya Andin yang tengah menyuapi Putri.

"Beliin tas buat kamu... " jawab Bimo lalu memberikan paketnya pada Andin.

"Tas? " tanya Andin heran lalu meletakkan mangkuk makanan Putri.

"Iya tas Find Kapoor yang waktu itu kamu save gambarnya. Kamu liat itu terus lama banget terus kamu cek dompetmu. Pasti kamu pengen makannyaku beliin... " jawab Bimo santai.

"Ya Allah Mas, tapi itu kan mahal... " ucap Andin. "Mas beli yang ori apa KW ?" tanya Andin sambil membuka paketnya.

"Ori dong... Ini kata yang jual cepet habis loh. Jadi aku langsung beli ini... " jawab Bimo bangga.

"Astagfirullah Mas, makasih ya... Tapi lain kali Mas tanya dulu... Kan sayang dua juta cuma buat beli tas... " ucap Andin memarahi suaminya.

"Ya tapi kan kamu gak tiap hariku beliin kayak gini. Selama nikah baru ini aku beli barang agak mahal buat kamu... " jawab Bimo membela diri.

"Kan bisa beli KW-nya Mas, terus uangnya bisa di tabung buat nanti... "

"Udah jangan bilang gitu aku jadi sebel dah keluar uang buat nyenengin kamu, eh malah di omelin... " potong Bimo dengan kesal lalu masuk kamar meninggalkan istrinya.

 

Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share