Bab 32 - Pekerjaan Bob
Usai
perundingannya dengan Tina
yang tak menghasilkan sesuatu yang memuaskan untuk kelangsungan rumah tangga Clara. Robi tak lagi menemui Tina. Tina juga tak tampak lagi
mengganggu Bara
dan keluarganya. Sempat terakhir ia datang menemui Anna yang tengah menemani anak
bungsu dan cucunya saat mengikuti kelas balet, tapi belum ia bicara Anna sudah mengusirnya. Tak
tanggung-tanggung Anna
bahkan memakai security untuk
mengusir Tina.
Lisa juga tampak sangat benci dan marah dengan Tina, sementara Aya bingung dengan kondisi saat
itu dan memilih lanjut berlatih.
"Aku
males kerja,"
keluh Bara
sambil memeluk istrinya yang sudah selesai mandi dan tengah menyisir rambutnya
yang baru selesai keramas.
"Kak,
aku bentar lagi mau lairan kalo kakak gak kerja bayar rumah sakit dari
mana?" tanya Clara
lalu bangun dan memilih daster.
Bara
langsung terbahak-bahak mendengar ucapan istrinya. Tentu saja masalah ekonomi
tak mungkin menghampiri keluarganya. Apalagi Bara sudah hampir membuka lima
cabang hotel. Tidak mengurus atau bolos beberapa waktu tentu tak masalah
untuknya.
"Apa?"
tanya Clara
sambil memakai dasternya.
"Kamu
mau lairan
model kayak gimana sih sampe suamimu ini harus kerja tiap hari?" tanya Bara lalu bangun setelah puas
tertawa.
Clara
hanya tersenyum mendengar pertanyaan suaminya.
"Oh
iya gimana Bob
dah di terima kerja?" tanya Clara mengalihkan pembicaraan.
"Em udah, Robi minta dia jadi asistennya.
Jadi mulai hari ini kayaknya Bob
mulai magang,"
jawab Bara
lalu mengecup kening Clara
sebelum masuk ke kamar mandi.
"Beneran
Kak?"
tanya Clara
antusias.
"Iya
bundanya Lia," jawab Bara agak berteriak dari dalam
kamar mandi.
"Seriusan
Kak?"
tanya Clara
yang langsung nyelonong masuk ke kamar mandi.
"Iya
sayangku. Udah ah sana keluar aku mau mandi mau pup," jawab Bara yang baru saja duduk di
toilet.
"Oke," jawab Clara lalu buru-buru mencari
ponselnya.
***
"Kenapa
senyum-senyum gitu?" tanya Robi yang baru selesai mandi sementara Bob sudah rapi dari tadi.
"Nanti
aku mau makan siang bareng dong!" pamer Bob sambil mendekap ponselnya.
"Sama
siapa?" tanya Robi
sambil menyeringitkan keningnya.
"Clara gak usah ikutan ya," jawab Bob.
"Really?" tanya Robi tak percaya lalu meraih
ponsel Bob
dan memeriksanya. "Alah paling nanti Bara ikutan juga," sambung Robi lalu melemparkan ponsel Bob ke sofa.
"Ah
masak?" tanya Bob
agak kesal.
"Coba
aja kalo gak percaya baby," jawab Robi santai lalu mengenakan
celana panjangnya.
"Hubby ikutan aja kalo nanti Bara ikut ya," pinta Bob pada akhirnya.
"Hey!
Apa aku jadi pilihan keduanya istriku?" kesal Robi pada Bob lalu memakai dasinya.
"Kita
bahkan belum nikah!" omel Bob
tak mau kalah.
"Minggu
depan aku ngatur acara liburan kita nikah di Amerika!" putus Robi yang sukses membuat Bob diam dengan wajah
bersemunya.
"E-Em-Emangnya aku mau?" balas Bob setelah lama diam.
"Emangnya
kamu bisa nolak?" tantang Robi
lalu memakan roti isi buatan Bob.
###
"Hai
Bob!
Gimana kerjaanmu?" tanya Clara
yang sudah menunggu Bob
bersama Lisa
dan Aya yang
tak pernah lepas darinya akhir-akhir ini.
"Kayaknya
jadi asisten itu kayak nganggur ya," jawab Bob.
"Nganggur
gimana?" tanya Clara
yang sudah memesan beberapa makanan.
"Ya
laki lu bilang suruh ngikutin yang di minta hub_ Em bang Robi. Eh begitu gue ke
kantornya hu_
Bang Robi
dia cuma suruh aku bikin teh. Terus dia suruh aku nata meja kerjanya. Habis itu
em udah gitu aja," jelas Bob yang tak sepenuhnya jujur
pada Clara,
bahkan Bob
di buat gugup karena hampir memanggil Robi dengan panggilan sayangnya.
"Ya
namanya juga asisten,"
ucap Clara
menanggapi Bob.
"Oh iya ini hadiah.
Dari gue," sambung Clara
sambil memberikan kotak berisi jam tangan berbahan kulit dengan model yang
cukup sporty dan elegan.
"Om
Bob ulang
taun ya?" tanya Aya.
Tak
selang lama Bob langsung disibukkan dengan pertanyaan dari Lisa dan Aya. Mulai dari pekerjaannya
hingga beberapa tindikan di telinga dan lidahnya.
Tentu
saja Aya
yang paling bersemangat menanyai Bob. Meskipun ini bukan kali pertamanya
bertemu Bob.
Tapi ini kali pertamanya Aya
duduk satu meja dengan Bob
dengan santai.
Bob
sendiri juga dengan sabar menanggapi Aya juga Lisa dengan begitu banyak
pertanyaan keponya. Sementara Clara
hanya menyemak sambil sesekali tertawa mendengar pertanyaan dari Aya dan Lisa.
"Hai," sapa Robi yang datang dengan buket
bunga di tangannya.
"Aku
mau bunga juga," ucap Aya
yang malah antusias dengan bawaan Robi.
"Eh
yah om gak tau kalo ada Aya.
Ini buat om Bob.
Besok om beliin
yang buat Aya
ya,"
ucap Robi
lalu tetap memberikan buket bunganya pada Bob.
Bob
langsung tersipu malu menerima pemberian dari robi.
"Cie
dapet hadiah banyak,"
ucap Lisa
yang ikut menggoda Bob
yang tengah sumringah.
"Udah
pesen makanan?" tanya Robi
lalu ikut bergabung.
"Udah.
Tapi kita cuma pesan empat, kak Robi pesen lagi aja," jawab Clara.
"Tadi
pesen apa?" tanya Robi
pada Clara.
"Kita
mau makan ayam bakar aja. Pasti Bob banyak sibuk nanti, jadi aku cuma
pesen itu,"
jawab Clara.
"Kalo
kamu yang minjem dia. Aku gak masalah kalo mau agak lama. Lagian kerjaannya santai
ini. Pakek OB
juga bisa," ucap Robi
sambil membaca menu.
Duk! Bob langsung menendang kaki Robi begitu mendengar ucapannya
yang meremehkannya.
"Wah
kalo gitu mending kamu jadi asistenku," ucap Clara pada Bob.
"Jangan!
Jadi asisten Aya
aja!" ucap Aya.
"Sama
aku aja!" ucap Lisa
tak mau kalah.
"Aku
aja!" ucap Bara
yang tiba-tiba muncul.
"Loh
kakak kok kesini?" tanya Lisa
kaget melihat kedatangan kakaknya.
"Ya
kesini lah. Robi, Bob
gak ada. Kak Claramu
juga gak ada. Masa iya aku makan siang sendiri," jawab Bara lalu duduk di antara Lisa dan Clara.
"Kakak
gak bilang kalo mau kesini juga. Tau gini aku pesenin juga," ucap Clara lalu melingkarkan
tangannya ke lengan Bara.
"Ini," ucap Bara menyerahkan ponselnya pada
Clara.
Iya aku makin yakin. Semuanya sudah
sangat membaik, aku benar-benar tak perlu khawatir lagi. Batin Clara.
"Mau
pesen apa sekalian?" tawar Robi.
"Aku
mau sup ikan aja,"
jawab Bara
lalu melingkarkan tangannya di pinggang Clara.
Kapan gue ada kesempatan ngasih tau Bara. Batin Bob galau.
"Minumnya?"
tanya Robi.
"Teh
manis hangat,"
jawab Bara.