BLANTERORBITv102

Bab 37 – Jimin

Sabtu, 26 Agustus 2023

 


Pov Beni :

Aku mengira Aya akan bangun siang, tapi ternyata ia bangun lebih awal. Mandi wajib, solat subuh, lalu bermanja-manja di atas sajadah sampai jam 6 pagi. Aya juga langsung sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untukku.

Dulu aku malu setiap Mama memintaku membawa bekal. Tapi sejak istriku yang membuatkannya, ada rasa bangga dan senang tersendiri ketika membawa bekal buatannya. Belum lagi kalau teman-temanku sesama dosen kepo dengan bawaanku. Hari ini Aya juga ada kelas, meskipun kami berencana untuk cepat punya anak. Sepertinya kami bisa sedikit santai, menikmati waktu berdua sejenak.

“Aku cutinya semester depan dong berarti kalo gini?” tanya Aya padaku sambil sarapan bersama.

“Ya iya, mau gimana lagi. Adek kan udah dapet jadwal kuliah juga, sayang kalo berhenti nanti ngulang semua. Semester depan kan tinggal skripsian, bisa lebih enak. Nanti pembahasannya ngikut aku aja, biar aku jadi dospemmu,” jawabku sembari mengambil pisang.

Aya cemberut lalu mengangguk pasrah sambil menghela nafas dan melanjutkan sarapannya.

“Adek ngikut aja alur perkuliahannya, sisanya aku yang atur,” ucapku mencoba membuatnya tenang.

Aya kembali mengangguk. “Om Beni sebenernya sayang aku gak sih?” tanyanya tiba-tiba.

“Sayang!” jawabku sedikit ngegas. “Nanti kalo selama kuliah ini Adek belum hamil sampe libur semester besok. Kita program ya…” ucapku yang langsung paham kemana arah pertanyaan Aya selanjutnya.

Aya tersenyum lalu mengangguk. “Om Beninya jaga kesehatan juga. Jangan ngerokok…”

“Aku gak nger….” Aya langsung mendelik dan aku hanya bisa meringis. “Kan jarang banget, Yang.”

Aya mendengus lalu bangkit dari duduknya untuk mencuci piring, sementara aku merapikan ruang makan dan menutup tudung saji lalu bersiap memanasi mobil sebelum kami berangkat. Tak berselang lama Aya menyusulku.

“Nanti full kelas?” tanyaku pada Aya begitu keluar dari apartemen kami.

“Enggak, Huby full ya?” tanyanya lalu mengambil toples berisi nori sebagai cemilan.

“Gak ngajar sebenernya, cuma nanganin yang konsul sama ngisi seminar wirausaha aja,” jawabku lalu membuka mulut menerima suapan darinya.

Aya mengangguk lalu menggenggam tanganku. Menyenangkan sekali memiliki istri seperti Aya, kehidupanku terasa penuh cinta dan selalu di perhatikan. Mamaku juga perhatian, tapi ketika Aya yang memperhatikanku rasanya berbeda.

“Pengen cepet hamil!” geram Aya tiba-tiba sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.

Aku tertawa mendengarnya yang ingin sekali cepat hamil. Aku juga semangat untuk mewujudkan keinginannya itu. “Apa puter balik?” tanyaku yang tinggal beberapa ratus meter lagi sampai kampus.

“Enggak, nanti aja…” jawabnya lesu lalu menutup toplesnya.

“Kita belum bikin resepsi, belum bulan madu, belum beli perabotan,” ucapku mengingatkan Aya sambil menyetir masuk kedalam kampus.

“Iya, nanti beli perabotan yuk!” ajaknya yang ku angguki sembari parkir paralel.

Setelah parkir kami kembali mengobrol dengan pembahasan ringan seperti mau makan siang apa dan seputar jadwal kegiatan kami saja sembari menemani Aya sampai masuk ke kelasnya. Baru aku kembali ke kantorku dan bersiap melayani mahasiswaku yang hendak konsultasi sembari memberitau kalau kemungkinan aku akan dapat sanksi dari kampus karena menghajar Irsyad.

Kegiatanku masih berjalan seperti biasanya, aku juga masih mengisi seminar wirausaha yang di adakan fakultas. Sembari menunggu keputusan pihak kampus, sepertinya memang tidak ingin ada tindakan. Yasudah lah bodo amat.

“Baik, terimakasih teman-teman semuanya. Saya mau langsung, ada urusan,” pamitku yang langsung pergi duluan karena sebentar lagi Aya selesai kuliah.

Aku langsung buru-buru menunggunya di depan kelasnya. Menunjukkan box snack dari acara seminar, jatahku yang belum ku makan.

“Kok utuh?” tanyanya padaku begitu melihat isi boxnya.

“Iya aku makan bekal cemilan dari kamu,” jawabku lalu menggandeng Aya kembali keparkiran dan langsung pergi belanja.

Beberapa teman Aya menyapa kami dan Aya selalu malu-malu kucing tiap temannya tersenyum menyapanya. Lucu sekali, tapi Aya tetap menggenggam tanganku dan kami tetap berjalan bersama-sama. Beberapa dosen dan staf juga jadi hafal pada Aya karena selalu bersamaku.

“Ih ada risol dua!” seru Aya yang membuatku tersenyum.

Padahal kalo dia pulang bisa makan risol sepuasnya, tapi tetap saja senang kalo dapet risol.

“Ada tugas gak?” tanyaku pada Aya memastikan.

Aya menggeleng. “Tadi udah maju presentasi, tinggal akhir semester nanti presentasi lagi. Udah ga ada tugas. Nanti pengen nonton drakor,” jawabnya sambil menikmati arem-arem dicampur dengan nori yang ada di mobil.

Begitu sampai di IKEA Aya langsung jajan minum. Setelah itu baru kami berkeliling memilih perabotan, seperti seprei, bantal-bantal untuk di sofa, selimut baru, handuk, lap, cermin dan banyak perabotan lain yang ia ambil.

Setelah itu kami makan siang di luar, sate kambing. Katanya bagus untuk stamina, jadi ku coba saja sekalian. Setelah itu kami pulang ke apartemen, menata dan mencuci barang yang baru kami beli tadi. Lalu mandi sore lalu Aya memotongkan buah untuk cemilan sore ini.

“Ganteng banget…” gumam Aya pelan.

Aku yang semula tak terlalu peduli pada apa yang di tonton istriku itu jadi kepo dengan apa yang ia tonton di ponselnya.

“Mana yang ganteng?” tanyaku kepo.

“Ini,” jawabnya sambil menunjuk seorang penyanyi yang sedang melakukan dance sambil menari.

“Ini drama korea?”

Aya menggeleng. “Ini MV, tadi lewat di iklan jadi mau liat. Ganteng ya Jimin.”

“Hah?! Jimin? Jimin yang mana?” tanyaku kaget.

“Ini…”

Aku mengerutkan keningku kesal. Kok bisa ada aku suaminya yang kece badai ini Aya malah suka sama si Jimin-Jimin itu! Nyebelin! Ini ga bisa di biarin.

“Dia tu imut,” ucap Aya lagi.

Wah parah! Ini ga bisa di biarin! Aku ga boleh diem aja! Aku langsung masuk ke kamar lalu mencari gambar Jimin dari internet. Aku putih kok, ganteng juga apa yang kurang ya? Pikirku sembari mematut diri di depan cermin.

“Bibir!” gumamku merasa benar-benar brilian sekarang.

“Lipstik!” seruku lagi lalu memilih lipstik yang Aya punya.

“Sayang! Lihat aku! Udah Jimin banget kan!” seruku sembari keluar kamar setelah berdandan ala Jimin sambil berjoget di depan Aya yang melongo lalu tertawa terbahak-bahak hingga airmatanya keluar.

“Aduh! Suamiku jangan jadi Jimin dong, aku suka Suamiku yang biasanya!” serunya lalu memelukku setelah puas tertawa. [Next]



Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.