0
Home  ›  Chapter  ›  The Hot Daddy

Bab 02 – Perjodohan

Bab 02 – Perjodohan-1

Mila dan ibunya begitu kaget karena tak pernah membicarakan soal perjodohan sebelumnya dan sempat berencana untuk menguliahkan Mila tapi kenapa malah tiba-tiba menikahkannya. Nasir terlihat tak peduli dengan pandangan Mila dan Asih yang kaget dan mempertanyakan kenapa bisa sampai tiba-tiba membahas perjodohan seperti ini.

Nasir tetap asik mengobrol dan menceritakan apa saja kegiatan dan keahlian Mila yang begitu patut menjadi istri. Bahkan tanpa persetujuan Asih apalagi Mila, Nasir juga mengatakan jika Mila sudah terbiasa dengan kehidupan poligami dan siap bila di poligami.

“Ini kartu namaku, kamu bisa cari tau soal aku di internet. Kita bisa chatting dulu, kamu bisa tanyakan banyak hal dengan terbuka. Tapi waktumu cuma seminggu buat jawab mau atau tidak menikah denganku,” ucap Bima dingin lalu menyerahkan kartu namanya pada Mila.

Mila menerimanya lalu menatap Bima seksama. Mila tak berani mengangguk atau menggeleng. Ia merasa ragu pada Bima. Pria itu begitu dingin dan terlihat angkuh, kedatangannya jugat tanpa basa-basi sedikitpun meskipun kedua orang tuanya tampak ramah dan bersahabat.

Usai Bima memberikan kartu namanya, Bima dan keluarganya juga langsung pergi. Bima juga sudah tampak begitu sibuk dan terburu-buru sejak awal ia datang. Bahkan teh yang di suguhkan juga tak diminum olehnya.

“Yah, kok ga pernah bilang kalo mau jodohin Mila?” tanya Asih dengan lembut begitu tamunya sudah pulang.

Untuk pertama kalinya setelah lama mengabaikan istri ke duanya itu, Nasir memandang rendah wanita yang sudah memberinya anak perempuan itu. Pandangan itu rasanya tidak hanya di tujukan pada Asih saja tapi juga pada Mila.

Nasir langsung menarik Asih masuk kedalam rumah dengan cukup kasar. Asih begitu syok dengan perbuatan yang Nasir lakukan setelah lama tak bertemu dengannya.

“Anakmu ini cuma perempuan! Sekolah tinggi-tinggi akhirnya juga cuma ngurus rumah sama suami. Ada orang yang mau nikahin dia harusnya seneng! Harusnya langsung di terima! Malah sok-sokan jual mahal!” bentak Nasir begitu kasar pada Asih dan Mila.

“T-tapi Yah, kan bisa bilang dulu baik-baik, dikasih tau dulu,” ucap Asih berusaha menenangkan suaminya yang begitu marah.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Semua keputusan itu ada di aku, suami, kepala rumah tangga yang megang kendali. Lagian kalian perempuan tau apa?!” bentak Nasir dengan begitu emosi yang berapi-api merasa Asih dan Mila yang tak bisa diatur.

Asih hanya menundukkan kepalanya dengan airmata yang tak dapat ia bendung lagi. Mila hanya bisa menatap ayahnya yang begitu arogan memarahi ibunya.

“Mau sekolah tinggi-tinggi juga biar apa?! Biar bisa nginjek kepala laki-laki?! Biar jadi kaum liberal?! Biar jadi perawan tua yang gak laku lagi?! Udah rahimmu kering cuma bisa ngasih anak perempuan, itu juga ngelawan! Pembangkang!!” bentak Nasir lalu menampar Asih dan keluar meninggalkan rumah istri keduanya itu dengan kesal.

Mila langsung berlari memeluk ibunya dan ikut menangis karena ayahnya yang begitu arogan dan jahat padanya.

“Mila, kamu mau ya nikah sama Bima. Biar Ayah seneng, biar Ibu juga seneng. Gak usah banyak mikir ya Nak. Kalo udah di pilihin Ayah insyaallah udah yang terbaik,” ucap Asih yang malah membujuk Mila untuk menuruti perintah ayahnya daripada mementingkan dirinya dan perasaannya sendiri.

Mila hanya diam lalu mengangguk. Karena ibunya terus menangis memohon padanya untuk mau di nikahkan saja dengan Bima.

“Ibu cuma mau Ayahmu sedikit perhatian lagi dengan Ibu, Ibu gak mau Ayah marah-marah lagi kayak tadi. Ibu takut pisah dari Ayah,” ucap Asih yang membuat hati Mila begitu sedih.

Bahkan saat suaminya jelas-jelas membohonginya dan menikah lagi juga tak dapat memberikan kasih sayang yang adil Asih masih saja memberikan segala cintanya dengan tulus untuk Nasir. Mila tak bisa memahami dari sisi sebelah mana ibunya bisa begitu mencintai pria yang keram mendzoliminya itu?

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Kamu hubungin ya Mas Bima, bilang kalo mau jadi istrinya ya,” ucap Asih sambil menyeka airmatanya sendiri dan tersenyum sumringah meminta Mila segera menghubungi calon suaminya itu.

Mila tersenyum getir, lalu mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk menghubungi Bima dengan berat hati.

●●●

Bima berusaha menghalau setiap gosip yang entah darimana datangnya soal rumor jika ia seorang gay. Bima tak habis pikir kenapa ia bisa terkena gosip menjijikkan itu. Dari semua gosip yang pernah menerpanya, ini adalah gosip paling murahan yang mengacaukan pikirannya.

Awal karir politiknya memang terbilang cukup mulus meskipun tidak bisa di bilang mudah juga. Ia harus menguasai banyak ormas sebelum akhirnya masuk secara struktural kedalam partai politik. Segala gosip sudah pernah menimpanya, mulai dari menyuap, money laundry, sampai terakhir yang viral saat ia terlambat hadir di acara kenegaraan.

Semua aman terkendali sampai akhrinya ia memposting fotonya sedang merayakan ulang tahun secara sederhana bersama keluarganya. Itupun setelah merayakan di pagi hari ia juga langsung bekerja seperti biasa, terjun ke masyarakat dan kegiatan lainnya sebagai anggota DPR-RI. Tapi malah itu yang menjadi awal mula gosip sialan itu.

Entah dari mana orang-orang mulai mempertanyakan pasangan Bima, orang-orang juga mulai tiba-tiba melakukan cocokologi. Tak main-main mereka juga tiba-tiba mengarang dan menebak-nebak gestur tubuh Bima bersama teman-temannya. Sialnya lagi mereka mulai mengarang bila Bima memiliki kedekatan istimewa dengan seorang pria karena tak pernah dekat dengan wanita.

Sebenarnya juga bukan tanpa alasan Bima tak kunjung dekat dengan wanita manapun. Ia sudah lelah dengan images yang menempel pada anggota legislatif. Kalo gak tidur waktu sidang ya main cewek, anekdot yang sering bersekiweran.

Bima hanya ingin fokus mengabdi untuk masyarakat. Bima hanya tak ingin mencampur adukkan masalah pekerjaan dan asmaranya. Bima tak mau masyarakat yang sudah seenak jidat melabeli dirinya bisa masuk DPR hanya karena modal “tampan” saja itu merubah persepsi mereka.

DPR RI bukan boy band apalagi idol. Tentu saja menjadi bagian dari lembaga yang membuat undang-undang ini tidak mudah. Tapi karena ia masih muda, tampan dan memiliki tubuh yang atletis masyarakat jadi lebih fokus pada hal itu.

Mungkin kalau ia tidak tiba-tiba di terpa gosip sialan nan terkutuk ini ia tak perlu repot mencari istri seperti tadi. 

Bab 02 – Perjodohan-2

21
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share