Bab 02 – Perjodohan
Mila dan
ibunya begitu kaget karena tak pernah membicarakan soal perjodohan sebelumnya
dan sempat berencana untuk menguliahkan Mila tapi kenapa malah tiba-tiba
menikahkannya. Nasir terlihat tak peduli dengan pandangan Mila dan Asih yang
kaget dan mempertanyakan kenapa bisa sampai tiba-tiba membahas perjodohan
seperti ini.
Nasir tetap
asik mengobrol dan menceritakan apa saja kegiatan dan keahlian Mila yang begitu
patut menjadi istri. Bahkan tanpa persetujuan Asih apalagi Mila, Nasir juga
mengatakan jika Mila sudah terbiasa dengan kehidupan poligami dan siap bila di
poligami.
“Ini kartu
namaku, kamu bisa cari tau soal aku di internet. Kita bisa chatting dulu, kamu
bisa tanyakan banyak hal dengan terbuka. Tapi waktumu cuma seminggu buat jawab
mau atau tidak menikah denganku,” ucap Bima dingin lalu menyerahkan kartu
namanya pada Mila.
Mila
menerimanya lalu menatap Bima seksama. Mila tak berani mengangguk atau
menggeleng. Ia merasa ragu pada Bima. Pria itu begitu dingin dan terlihat
angkuh, kedatangannya jugat tanpa basa-basi sedikitpun meskipun kedua orang
tuanya tampak ramah dan bersahabat.
Usai Bima
memberikan kartu namanya, Bima dan keluarganya juga langsung pergi. Bima juga
sudah tampak begitu sibuk dan terburu-buru sejak awal ia datang. Bahkan teh
yang di suguhkan juga tak diminum olehnya.
“Yah, kok
ga pernah bilang kalo mau jodohin Mila?” tanya Asih dengan lembut begitu
tamunya sudah pulang.
Untuk
pertama kalinya setelah lama mengabaikan istri ke duanya itu, Nasir memandang
rendah wanita yang sudah memberinya anak perempuan itu. Pandangan itu rasanya
tidak hanya di tujukan pada Asih saja tapi juga pada Mila.
Nasir
langsung menarik Asih masuk kedalam rumah dengan cukup kasar. Asih begitu syok
dengan perbuatan yang Nasir lakukan setelah lama tak bertemu dengannya.
“Anakmu ini
cuma perempuan! Sekolah tinggi-tinggi akhirnya juga cuma ngurus rumah sama
suami. Ada orang yang mau nikahin dia harusnya seneng! Harusnya langsung di
terima! Malah sok-sokan jual mahal!” bentak Nasir begitu kasar pada Asih dan
Mila.
“T-tapi
Yah, kan bisa bilang dulu baik-baik, dikasih tau dulu,” ucap Asih berusaha
menenangkan suaminya yang begitu marah.
“Semua
keputusan itu ada di aku, suami, kepala rumah tangga yang megang kendali.
Lagian kalian perempuan tau apa?!” bentak Nasir dengan begitu emosi yang
berapi-api merasa Asih dan Mila yang tak bisa diatur.
Asih hanya
menundukkan kepalanya dengan airmata yang tak dapat ia bendung lagi. Mila hanya
bisa menatap ayahnya yang begitu arogan memarahi ibunya.
“Mau
sekolah tinggi-tinggi juga biar apa?! Biar bisa nginjek kepala laki-laki?! Biar
jadi kaum liberal?! Biar jadi perawan tua yang gak laku lagi?! Udah rahimmu
kering cuma bisa ngasih anak perempuan, itu juga ngelawan! Pembangkang!!”
bentak Nasir lalu menampar Asih dan keluar meninggalkan rumah istri keduanya
itu dengan kesal.
Mila
langsung berlari memeluk ibunya dan ikut menangis karena ayahnya yang begitu
arogan dan jahat padanya.
“Mila, kamu
mau ya nikah sama Bima. Biar Ayah seneng, biar Ibu juga seneng. Gak usah banyak
mikir ya Nak. Kalo udah di pilihin Ayah insyaallah udah yang terbaik,” ucap
Asih yang malah membujuk Mila untuk menuruti perintah ayahnya daripada
mementingkan dirinya dan perasaannya sendiri.
Mila hanya
diam lalu mengangguk. Karena ibunya terus menangis memohon padanya untuk mau di
nikahkan saja dengan Bima.
“Ibu cuma
mau Ayahmu sedikit perhatian lagi dengan Ibu, Ibu gak mau Ayah marah-marah lagi
kayak tadi. Ibu takut pisah dari Ayah,” ucap Asih yang membuat hati Mila begitu
sedih.
Bahkan saat
suaminya jelas-jelas membohonginya dan menikah lagi juga tak dapat memberikan
kasih sayang yang adil Asih masih saja memberikan segala cintanya dengan tulus
untuk Nasir. Mila tak bisa memahami dari sisi sebelah mana ibunya bisa begitu
mencintai pria yang keram mendzoliminya itu?
“Kamu
hubungin ya Mas Bima, bilang kalo mau jadi istrinya ya,” ucap Asih sambil
menyeka airmatanya sendiri dan tersenyum sumringah meminta Mila segera
menghubungi calon suaminya itu.
Mila
tersenyum getir, lalu mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk menghubungi Bima
dengan berat hati.
●●●
Bima berusaha
menghalau setiap gosip yang entah darimana datangnya soal rumor jika ia seorang
gay. Bima tak habis pikir kenapa ia bisa terkena gosip menjijikkan itu. Dari
semua gosip yang pernah menerpanya, ini adalah gosip paling murahan yang
mengacaukan pikirannya.
Awal karir politiknya
memang terbilang cukup mulus meskipun tidak bisa di bilang mudah juga. Ia harus
menguasai banyak ormas sebelum akhirnya masuk secara struktural kedalam partai
politik. Segala gosip sudah pernah menimpanya, mulai dari menyuap, money
laundry, sampai terakhir yang viral saat ia terlambat hadir di acara
kenegaraan.
Semua aman terkendali
sampai akhrinya ia memposting fotonya sedang merayakan ulang tahun secara
sederhana bersama keluarganya. Itupun setelah merayakan di pagi hari ia juga
langsung bekerja seperti biasa, terjun ke masyarakat dan kegiatan lainnya
sebagai anggota DPR-RI. Tapi malah itu yang menjadi awal mula gosip sialan itu.
Entah dari mana
orang-orang mulai mempertanyakan pasangan Bima, orang-orang juga mulai
tiba-tiba melakukan cocokologi. Tak main-main mereka juga tiba-tiba mengarang
dan menebak-nebak gestur tubuh Bima bersama teman-temannya. Sialnya lagi mereka
mulai mengarang bila Bima memiliki kedekatan istimewa dengan seorang pria
karena tak pernah dekat dengan wanita.
Sebenarnya juga bukan
tanpa alasan Bima tak kunjung dekat dengan wanita manapun. Ia sudah lelah
dengan images yang menempel pada anggota legislatif. Kalo gak tidur waktu
sidang ya main cewek, anekdot yang sering bersekiweran.
Bima hanya ingin fokus
mengabdi untuk masyarakat. Bima hanya tak ingin mencampur adukkan masalah
pekerjaan dan asmaranya. Bima tak mau masyarakat yang sudah seenak jidat
melabeli dirinya bisa masuk DPR hanya karena modal “tampan” saja itu merubah
persepsi mereka.
DPR RI bukan boy
band apalagi idol. Tentu saja menjadi bagian dari lembaga yang membuat
undang-undang ini tidak mudah. Tapi karena ia masih muda, tampan dan memiliki
tubuh yang atletis masyarakat jadi lebih fokus pada hal itu.
Mungkin kalau ia tidak tiba-tiba di terpa gosip sialan nan terkutuk ini ia tak perlu repot mencari istri seperti tadi.