Bab 11 – Rumah Sakit
Mila
langsung memanggil ambulance karena panik melihat suaminya yang tak sadarkan
diri. Mila hanya bisa menahan tangis sambil menemani suaminya selama di
ambulance hingga akhirnya mendapat kamar dan mendapat perawatan secara medis. Mila
benar-benar berusaha untuk terus ada di samping Bima sampai Bima siuman.
Namun tak
lama setelahnya saat Mila sedang ke kamar mandi sebentar untuk wudhu, tiba-tiba
Ayu datang dan duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Bima. Bertepatan
dengan Bima yang mulai membuka mata.
“Bima!”
seru Ayu begitu Bima bangun.
“Enghh…”
erang Bima sambil mengerjapkan matanya dan melihat sekitarnya. “Ini dimana?”
tanya Bima bingung.
“Rumah
sakit, katanya kamu pingsan jadi aku langsung kesini,” jawab Ayu sambil
membantu Bima.
Bima
menatap sekeliling, tak ada Mila di sekitarnya. Perasaan Bima langsung
bercampur aduk, antara sedih, marah dan kecewa. Ia merasa masa kecilnya yang
diabaikan orang tuanya kembali terulang.
“Loh ada
Ayu,” ucap Mila dengan alis berkerut melihat Ayu yang tiba-tiba datang ke rumah
sakit.
“Hai,” sapa
Ayu singkat sambil menatap wajah dan lengan Mila yang basah setelah wudhu dan
sedang menurunkan gulungan gamisnya. “Botol minumku ketinggalan di apartemenmu,
aku mau ambil tapi kata satpam Bima di bawa ke rumah sakit, jadi aku langsung
kesini,” jelas Ayu sebelum Mila bertanya.
Mila
mengangguk sambil tersenyum dengan canggung. “Tadi aku panik Suamiku tiba-tiba
pingsan, jadi aku langsung telfon ambulance,” ucap Mila sengaja menunjukkan
jika Bima adalah suaminya lalu mendekat dan menggenggam tangan Bima.
Ayu ikut
menggenggam tangan Bima. Mila mengerutkan keningnya melihat Ayu yang ikut
menggenggam tangan suaminya.
Bima yang
sadar Ayu ikut menggenggam tangannya langsung melepaskan tangan Mila yang menggenggamnya.
Mila
langsung tersenyum dengan canggung meskipun ia sudah ingin menangis begitu tau
suaminya lebih memilih wanita lain di depan matanya. “A-aku mau solat dulu…”
pamit Mila lalu keluar dari ruangan Bima dan berjalan mencari musola di luar meskipun
kamar VIP Bima sudah menyediakan alat solat.
“Kamu bisa
pulang Yu, aku mau istirahat. Udah ada Mila juga yang jagain,” ucap Bima lalu
melepaskan tangannya yang di genggam Ayu.
“Kamu
beneran terlena ya sama pernikahanmu ini? Pernikahan setingan ini…” sindir Ayu.
Bima
menghela nafas lelah lalu menatap tangannya yang di infus.
“Kalo kamu
terlena sama percintaan, kamu bakal lupa sama posisimu, sama kewajibanmu, sama
apa yang sudah di rancang selama in…”
“Aku tidak
terlena, sedikitpun aku tidak terlena dalam hubungan ini. Aku sedang sakit dan
Mila mengurusiku sebagai pasangan salahnya dimana?” potong Bima sedikit kesal
karena Ayu menceramahinya dua kali dengan topik yang sama.
“Bim, aku
gak bakal nguatin kamu dan masuk kedalam tim inti barisan kadermu hanya untuk
melihat kamu jadi bucin tolol,” ucap Ayu frontal menentang hubungan Bima dengan
Mila tiba-tiba.
Bima
menghela nafas lalu menatap Ayu dengan pandangannya yang heran dan terus di
salahkan. “Kalo aku gak keliatan kayak pasangan, orang-orang bakal ngira aku
gay lagi. Aku sudah mengusahakan yang terbaik,” ucap Bima yang sudah pusing
terus disalahkan dan kondisi fisiknya yang sedang drop.
Ayu diam
lalu memalingkan wajahnya ketika melihat cincin kawin yang melingkar di jari
manis Bima. Perasaannya berantakan, Ayu sendiri bingung kenapa ia bisa begini,
kenapa ia bisa melepaskan kesempatannya dan jadi seperti ini.
“Aku pulang
begitu Mila dateng,” ucap Ayu tak mau berdebat lagi dengan Bima.
“Kamu
pulang saja, nanti Mila juga kesini sendiri,” ucap Bima tak mau berlama-lama
bersama Ayu.
“Apa
jaminannya dia kesini? Dia bisa solat disini tapi milih solat di luar, bisa
saja dia pergi,” ucap Ayu yang masih ingin berlama-lama dengan Bima.
Bima hanya
diam sambil memejamkan matanya, Bima tak peduli apakah Ayu pergi atau Mila yang
akan lebih cepat datang. Kepalanya pusing dan tubuhnya juga masih terasa lemas.
●●●
Mila
menangis di masjid karena Bima melepaskan genggamannya dan lebih memilih untuk
menggenggam tangan Ayu. Mila juga benar-benar kesal karena Ayu yang ada di
samping Bima saat Bima siuman. Padahal ia yang membawa Bima dan menjaganya
selama ini.
Setelah puas
menangis dan merasa perasaannya lebih tenang. Mila baru berani kembali ke kamar
inap suaminya. Tapi betapa hancurnya hati Mila ketika melihat Ayu yang
menyandarkan kepalanya di tempat tidur Bima sambil menggenggam tangannya. Mila
langsung terbakar cemburu, airmatanya sudah siap mengalir lagi.
Mila ingin
marah dan menjambak Ayu saat itu juga namun ia tak sampai hati untuk
melakukannya. Mila juga tak mau ribut dengan Ayu saat suaminya sedang terbaring
sakit seperti sekarang.
“Emhh…maaf,
aku ketiduran,” ucap Ayu yang terbangun dengan sendirinya lalu langsung bangun
dan beranjak pergi tanpa berpamitan dan berbasa-basi dengan Mila.
Mila juga
hanya diam dan langsung menutup pintu kamar Bima lalu duduk di kursi yang baru
di gunakan Ayu.
“Mila…”
lirih Bima dengan suaranya yang sedikit serak.
“Iya Mas?”
saut Mila dengan lembut namun Bima tak melanjutkan ucapannya dan malah
melanjutkan tidurnya.
Mila
tersenyum. Paling tidak dalam bawah sadarnya Bima tetap memikirkan Mila dan itu
cukup membuat Mila menghapus rasa cemburunya. Mila merapikan selimut yang di
gunakan Bima lalu mengecup keningnya dengan lembut.
Bima tak benar-benar tertidur tapi mengetahui Mila sudah kembali ke kamar dan kembali mengurusnya membuat Bima merasa jauh lebih tenang. Tak selang lama ia juga sudah bisa langsung terlelap dengan nyenyak sambil menggenggam tangan Mila yang lembut dan selalu dapat menghangatkan hatinya itu.