Bab 05 – Hati ke Hati
Bima bangun
lebih pagi dari biasanya karena merasakan Mila yang bergerak dalam pelukannya.
Bima ingat dengan jelas yang ia lakukan bersama Mila semalam bahkan ingatannya
semakin jelas ketika melihat bekas cupangannya di leher dan dada Mila yang
tertutup selimut di sampingnya.
Bima
mengecup kening Mila lalu pergi kembali ke kamarnya setelah memakai pakaiannya.
Mila hanya diam dan berpura-pura tidur hingga Bima keluar dari kamarnya. Perasaan
Mila masih begitu campur aduk, kakinya juga terasa nyeri setelah bercinta
semalam.
Tapi
terlepas dari itu semua Mila merasa begitu bahagia. Ia senang ketika Bima
memanggilnya dengan sebutan Istriku semalam. Mila juga senang ketika
Bima mencium keningnya atau mencumbu bibirnya sambil memeluknya dan yang lebih
membuat Mila terbang melayang adalah tidur dalam dekapan Bima dan pagi tadi ia
mendapat kecupan di keningnya.
Bima tidak
sedingin yang Mila bayangkan, mungkin memang pembawaan luarnya saja yang
terkesan dingin dan ramah secukupnya. Tapi Mila tau pasti Bima tetap memiliki
sisi hangat dan menyenangkan dalam dirinya. Buktinya sekarang ia bisa begitu
berbunga-bunga, paling tidak untuk saat ini.
Mila mandi
dan melihat betapa banyak kissmark yang Bima berikan pada kulitnya
terutama bagian-bagian yang tak pernah terlihat sebelumnya seperti di leher,
dada, dan payudaranya. Wajah Mila bersemu menatap jejak-jejak bekas bercintanya
semalam. Tapi Mila segera menyadari memang itu sudah kewajibannya sebagai
istri, mau cepat atau lambat ia tetap harus berhubungan intim dengan suaminya.
“Mas,”
panggil Mila sambil mengetuk pintu kamar Bima membawa berkas perjanjian pernikahan
yang sudah ia tanda tangani.
“Ya?” saut
Bima dari dalam.
“Ini sudah
ku tanda tangani,” ucap Mila dari luar.
Bima
membuka pintu kamarnya lalu menerima berkas yang Mila berikan padanya. “Sudah
baca isinya? Mau ada yang dirubah?” tanya Bima.
Mila
tersenyum lalu menggeleng. “Aku tidak membacanya, aku percaya padamu,” jawab
Mila lalu membalik badannya hendak kembali ke kamarnya untuk mengeringkan
rambutnya.
Bima
mengangguk lalu menghela nafas. Banyak yang ingin Bima bicarakan namun ia
memilih untuk menahannya. Bima membiarkan Mila kembali ke kamarnya dan ia juga
kembali masuk ke kamarnya untuk memeriksa berkas yang sudah Mila tanda tangani.
Bima masih
teringat dengan jelas bagaimana tubuh Mila dan kenyamanan yang ia rasakan saat
bercinta semalam. Melihat Mila yang datang bagi-pagi menghampirinya dengan
gamis dan rambut yang tertutup handuk membuatnya sedikit terpesona. Ditambah
dengan bekas cupangan di lehernya yang membuat Bima merasa bangga, seolah
memiliki kekuasaan utuh atas gadis yang menjadi istrinya sekarang.
Mila memang
tidak secantik artis-artis yang biasa ada di TV atau para gadis yang ikut
kampanye di partai yang Bima naungi sekarang. Mila sangat tertutup, pakaiannya
juga begitu besar dan nyaris tak menampakkan bentuk tubuhnya. Kalau saja tak
bercinta semalam, mungkin sampai sekarang Bima juga tidak tau jika Mila
memiliki tubuh yang lebih dari cukup untuk memuaskan hasratnya.
●●●
Usai
mengeringkan rambutnya Mila memakai kerudungnya dan mulai menyiapkan sarapan
untuknya dan Bima. Hanya sederhana, nasi putih dengan sop dan telur dadar.
Karena hanya itu yang ada di kulkas Bima.
“Mas mau di
bikinin teh atau kopi?” tawar Mila begitu Bima keluar dari kamarnya setelah mencium
harum masakannya.
“Tidak
usah,” jawab Bima sambil mengambil gelas dan menuang air putih kedalamnya.
“Mila, kamu yakin tidak mau membaca surat perjanjian kita?” tanya Bima lalu
duduk di meja makan menunggu Mila selesai memasak.
Mila diam
sejenak lalu menatap Bima. “Mas bilang kemarin tidak akan poligami, itu sudah
cukup buat aku,” jawab Mila lalu memindahkan masakannya kedalam piring saji dan
mangkuk.
Bima
menghela nafasnya. “Kamu tetap harus baca, harus tau isinya. Ada beberapa
peraturan di dalamnya,” ucap Bima.
“Segini?”
tanya Mila sambil mengambilkan nasi untuk Bima, Bima mengangguk. “Kalau begitu
kita bicarakan saja bersama,” ucap Mila lembut sambil meletakkan piring yang
berisi nasi, sop, dan telur dadar untuk Bima.
Bima
mengangguk lalu menunggu Mila mengambil makanan untuk dirinya sendiri sebelum
mulai melahap sarapannya. Bima suka masakan Mila, cukup enak di lidahnya entah
karena lapar atau karena Mila yang membuatkannya. Tapi apapun itu Bima tak akan
memujinya.
Bima
menyingkirkan piringnya lalu masuk ke kamarnya membawa dua buah berkas lalu
kembali duduk di meja makan berhadapan dengan Mila. Mila menyelesaikan makannya
lalu menyingkirkan piringnya juga dan kembali duduk berhadapan dengan Bima.
“Aku memang
bukan pria yang melakukan poligami, aku akan tetap bersamamu. Tapi aku bukan
pria yang menjanjikan cinta dan perasaan,” ucap Bima lalu meminta Mila membaca
berkas perjanjiannya.
Mila
mengangguk dengan alis bertaut. Ia bingung dengan Bima, kenapa ia tak
menjanjikan cinta dan perasaan tapi juga tak melakukan poligami? Apa yang salah
dengan Bima? Atau ada yang salah dengan Mila sampai Bima jadi begini?
“Tidak
boleh ada perasaan dalam hubungan ini, aku tidak mau memusingkan diriku dengan
istri yang posesif dan pengekang, aku juga tidak mau harus repot ini dan itu,
tapi aku akan bertanggung jawab atas anak kita, kalau kamu hamil. Aku hanya
memintamu untuk menemaniku dan terlihat seperti memiliki pasangan saja,” ucap
Bima menjelaskan bab terpenting dalam perjanjiannya. “Oh iya, jangan membuat masalah,
berkelahi, menyindir di sosmed, bergosip, hindari acara arisan, jangan
berselingkuh,” sambung Bima menjelaskan detail linnya.
Mila
terdiam ia begitu heran dan tak bisa memahami kemauan Bima, tapi ia hanya bisa
diam dan menahan tangisnya. Mila sudah merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga
tapi sekarang semuanya di hancurkan oleh aturan-aturan bodoh yang Bima berikan
dalam hubungannya.
“Aku tetap
menafkahimu, aku tetap akan mentransfer uang jajan bulanan buat kamu. Belanja
kebutuhan bulanan uangnya beda lagi. Jadi jangan khawatir,” ucap Bima lagi yang
hanya bisa di angguki Mila.
Mila bingung harus bagaimana sekarang, ia berharap hubungannya bisa lebih dari sekedar orang asing yang tinggal satu atap. Mila berharap dengan sikap Bima yang semalam ia tunjukkan ketika bercinta, ia dan Bima bisa menjadi pasangan ideal seperti yang ia harapkan selama ini.