0
Home  ›  Chapter  ›  Stalker

Bab 12 – Jejak

 

Bab 12 – Jejak-1

Viona terus memikirkan pertanyaan Jhons yang tiba-tiba bertanya soal kencan buta. Viona terus teringat pada Emily yang terus-menerus mengeluh soal Thomas, ayahnya yang cuek dan dingin. Emily juga sering cekcok dengan suaminya itu meskipun Thomas lebih memilih untuk mengalah dan mendiamkannya saja.

Viona tak bisa berbuat banyak waktu itu, ia tak bisa melerai dan memihak salah satu pihak. Ia tak mungkin memperkeruh suasana dengan memihak ayah atau ibunya. Terlebih Viona juga berpikir mungkin rumah tangga tidak semulus itu jadi wajar jika sesekali bertengkar.

Viona mulai mencoba masuk ke akun Facebook ibunya untuk mencari informasi terkait kepergian ibunya. Namun baru ia membuka satu pesan teratas ia sudah melihat betapa binal dan menjijikkannya Emily saat menggoda para pria muda di akun Facebooknya. Viona merasa begitu jijik melihat ibunya mengambil gambar tubuhnya yang telanjang bahkan sengaja memfoto bagian-bagian intimnya dan dikirimkan secara suka rela pada para pria itu.

Viona mengusap wajahnya dengan gusar. Ia benci mengakui ini tapi ia yang membuatkan akun Facebook dan mengenalkan sosial media pada ibunya itu. Awalnya Viona mengira jika sosial media akan membuat ibunya merasa terhibur saat ia tidak bisa menemani ibunya mengobrol di rumah. Tapi bukan dengan cara seperti ini yang ia maksud.

“Apa aku mengabarinya…” gumam Viona pelan ketika terlintas untuk mengabari Jhons yang terlihat mengerti akan kasus ini. Tapi tak berselang lama ia langsung menggelengkan kepalanya, ia merasa begitu malu jika ada orang yang melihat kebinalan ibunya ini juga. Viona belum siap.

“Viona…” panggil Thomas di ujung pintu kamar Viona.

Viona langsung menuntup laptopnya dengan panik. “Ya?!” sautnya sedikit membentak karena panik.

“Ah, ini aku mengundang Debi teman kerjaku untuk makan malam bersama kita,” ucap Thomas pada Viona sekaligus mengajaknya untuk bergabung makan malam bersama.

Viona terdiam sejenak begitu melihat Debi yang begitu paham akan rumahnya dan begitu mahir menggunakan dapurnya. “Hai…” sapa Viona canggung lalu duduk menunggu Debi yang sibuk mengurus makan malam bersama ayahnya.

Thomas tersenyum melihat Viona yang mau menyapa sekertarisnya itu. Thomas terlihat akrab dan begitu bahagia bersama Debi saat menyiapkan makan malam. Viona merasa sedikit aneh namun ia hanya bisa membiarkan kehangatan saat menyiapkan makan malam kali ini.

Viona yang sebelumnya menaruh curiga pada teman kencan buta ibunya atau para pria muda yang menemaninya minum itu perlahan menaruh curiga pada ayahnya juga. Terlebih setelah laporan di kantor polisi yang masih belum membuahkan hasil pencariannya. Tak hanya itu Thomas bisa bercengkrama dan bercanda seolah tak terjadi sesuatu.

“Jangan lupa suplemenmu, Pak,” ucap Debi mengingatkan Thomas yang perlu meminum suplemennya sebelum mulai makan.

“Ah iya! Hampir saja lupa!” ucap Thomas lalu meminum suplemennya. “Debi ini selalu mengingatkan Ayah, dia sangat membantu,” puji Thomas sambil menjelaskan kondisinya pada Viona.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

***

Jhons pergi menemui biro jodoh yang di katakan oleh Mark sebelumnya. Tempat dan suasananya lebih mirip rumah bordil daripada agen biro jodoh yang terpercaya. Ada beberapa pria mabuk dan berjudi di sekitar sana namun bukan itu fokus Jhons saat ini.

“Selamat datang!” seru resepsionis yang berjaga menyambut kedatangan Jhons.

“Apa kamu mengenal Mark Guteres?” tanya Jhons langsung pada intinya.

“Ah tentu saja, dia cukup populer banyak yang ingin di jodohkan dengannya. Tapi Anda terlambat Tuan, Mark sudah menemukan pasangannya. Sudah tidak bisa di jadwalkan kencan lagi,”jawab resepsionis itu dengan ceria.

“Siapa yang terakhir berkencan dengannya?” tanya Jhons kaget begitu mendengar Mark yang sudah tidak ikut sebagai kandidat kencan lagi.

“Melisa, sudah dua minggu yang lalu,” ucap resepsionis itu sambil mengecek daftarnya yang masih manual tulis tangan.

“Ah, apa Lusiana pernah kencan dengannya?” tanya Jhons.

Resepsionis itu mencarikan nama Lusi dan melihat daftar teman kencannya. “Pernah, setelah itu Lusi kencan juga dengan Dani, Alfred, Ja’far… dia playgirl,” resepsionis itu mendekat ke arah Jhons lalu berbisik. “Kalau kamu mendaftar sekarang kamu bisa memilih teman kencan dan di jadwalkan lebih cepat, pria atau wanita tak masalah,” bisiknya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

Jhons tersenyum lalu tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. “Aku sudah menikah…”

“Aihhh! Cari selingkuhan juga bisa disini, kamu muslim? Orang muslim biasanya ada yang mencari istri kedua disini,” selanya sebelum Jhons selesai bicara.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Ah tidak, tidak… aku kemari untuk mencari orang bukan mencari pasangan…”

“Apa bedanya?”

Jhons mengibaskan tangannya. “Apa kamu mengenal Emilya?” tanya Jhons memfokuskan pembicaraan sebelum semakin melantur kemana-mana.

“Wanita itu problematik. Dia selalu membatalkan pasangan kencannya setelah mendapatkan informasi kontaknya, dia wanita tua yang selalu meminta untuk di pasangkan dengan pria-pria muda. Sudah dua atau empat bulan dia tidak kemari lagi, mungkin ketahuan suaminya. Bukan urusanku,” jawab resepsionis itu acuh tak acuh pada membernya.

“Apa aku bisa bertemu dengan Melisa?” tanya Jhons.

Resepsionis itu menunjuk kebelakang Jhons. “Itu Melisa,” jawabnya sebelum akhirnya Jhons beranjak untuk mendatangi Melisa.

“Melisa, apa kamu pernah berkencan dengan Mark Guteres?” tanya Jhons yang langsung di angguki Melisa dengan canggung. “Kita harus bicara,” ucap Jhons lalu mengajak Melisa keluar dari sana.

***

Jared melihat ruang kerja Jhons yang mulai mengumpulkan fakta tentang Mark dan terus mencurigai Mark. Tak hanya curiga namun Jhons juga sepertinya terus menelusuri kemanapun arah Mark melangkah.

“Wah-wah, sepertinya kamu akan selalu menjadi bawahannya,” sindir salah Monica yang baru saja menyelesaikan kasus pencurian motor. “Sesekali ambilah kasusmu sendiri, daripada mengikuti seniormu itu. Kamu tidak akan berkembang, ini hanya saranku,” sambungnya lalu melemparkan sebungkus roti pada Jared.

Jared tersenyum lembut seperti biasanya setelah menangkap roti pemberian rekan kerjanya itu. Beberapa hari ini ia terus menerus berputar-putar tanpa mendapatkan hasil. Bahkan tak ada orang yang bisa ia curigai karena hampir semuanya mempersilahkannya untuk melakukan penggeledahan bahkan bersedia di geledah ulang jika di perlukan.

Jared mengakui jika Jhons jauh lebih baik darinya. Tapi mau sampai kapan ia ada di bawah dan hanya menjadi bayangan?

“Monica, menurutmu bagaimana jika orang yang di curigai dan di tangkap secara paksa. Namun tidak bisa di buktikan, apakah bisa di kasuskan?” tanya Jared meminta pendapat Monica.

“Jangan bodoh, kamu bisa di pecat atau di turunkan jabatan. Hais! Kerjakan saja dengan benar, telusuri saja dengan sabar. Jangan asal tuduh,” ucap Monica yang bersiap pulang setelah beberapa hari ini lembur.

Jared mengangguk lalu tersenyum mendengar jawaban dari Monica. [Next]

Bab 12 – Jejak-2


13
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share